INSAN.NEWS || Pangkep, 01 Oktober 2025 – Dalam refleksi Hari Kesaktian Pancasila, Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Pemuda (PTKP) HMI Cabang Pangkep Indra Gunawan menegaskan bahwa praktik demokrasi prosedural di Indonesia semakin jauh dari makna sila keempat Pancasila:
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Ia menekankan bahwa kata – kata hikmah yang terkandung dalam sila keempat sesungguhnya bermakna keilmuan. Hanya orang-orang berilmu yang layak memimpin, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah: 11 yang menegaskan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu.
“Bagaimana mungkin kepemimpinan bisa disebut sesuai Pancasila kalau tidak berlandaskan ilmu? Sila keempat bicara tentang hikmah, dan hikmah itu adalah ilmu,” tegasnya, Indra Gunawan Rabu ( 01/10/2025/).
Lebih lanjut, ia mengkritik sistem one man, one vote dalam demokrasi prosedural yang berlaku saat ini. Prinsip persamaan suara itu, katanya, justru menafikan nilai keilmuan yang dijunjung tinggi oleh Pancasila.
“Coba kita renungkan. Seorang profesor yang puluhan tahun menempuh pendidikan tinggi, sama hak suaranya dengan orang yang bahkan tidak pernah sekolah. Kalau begitu, apa gunanya kita menempuh pendidikan tinggi? Demokrasi prosedural seperti ini jelas tidak sejalan dengan falsafah negara kita,” ujarnya lantang Pada Rabu (01/10/2025/).
Meski mengakui bahwa persamaan hak suara adalah bagian dari prinsip persaudaraan dan kesetaraan, ia menegaskan bahwa demokrasi Indonesia seharusnya lebih substansial. Kepemimpinan bangsa, menurutnya, harus dilandasi musyawarah dengan hikmah dan kebijaksanaan berbasis ilmu, bukan sekadar hasil penghitungan suara.
“Demokrasi hari ini lebih memuliakan angka ketimbang hikmah. Padahal Pancasila mengajarkan kepemimpinan dengan ilmu dan kebijaksanaan. Ini yang harus kita renungkan bersama di Hari Kesaktian Pancasila,” pungkasnya.