Opinions

Gelar Pahlawan dan Kemajuan Bangsa ‎Oleh: Baharuddin Hafid

1762785198607
Baharuddin Hafid - Dosen Tetap Universitas Mega Rezky Makassar Dan Instruktur NDPers Nasional. Selasa (30/12/2025). Foto Ist ‎

INSAN.NEWS || Makassar,- 10 November 2025 – Setiap tahun, menjelang peringatan Hari Pahlawan, bangsa ini kembali diingatkan pada sosok-sosok yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan.

Pemerintah pun kerap menetapkan tokoh-tokoh baru sebagai Pahlawan Nasional, sebuah penghormatan tertinggi bagi mereka yang berjasa besar bagi negara.

Namun, di balik seremoni dan pemberian gelar itu, tersimpan pertanyaan mendasar:

“Apakah makna kepahlawanan masih relevan dalam mengukur kemajuan bangsa hari ini”?

‎Gelar pahlawan seharusnya tidak berhenti pada simbol atau seremoni tahunan. Ia mesti menjadi cermin moral dan inspirasi kolektif bagi generasi penerus.

Kalender yang Disakralkan, Akal yang Diliburkan ‎

Pahlawan bukan hanya mereka yang berjuang di medan perang, tetapi juga mereka yang menyalakan obor kemajuan melalui ilmu pengetahuan, pendidikan, kemanusiaan, dan integritas moral.

‎Dalam konteks kekinian, semangat kepahlawanan harus dimaknai sebagai etos kerja, integritas, dan dedikasi untuk membangun bangsa di tengah tantangan global.

‎Sayangnya, semangat itu sering pudar di tengah euforia penghargaan formal. Banyak tokoh yang dijadikan simbol, tetapi nilai perjuangannya belum benar-benar diinternalisasi dalam perilaku publik maupun kebijakan negara. Ketika korupsi masih marak, ketimpangan sosial melebar, dan kepedulian terhadap sesama menurun, kita seolah kehilangan ruh dari kepahlawanan itu sendiri.

‎Padahal, kemajuan bangsa sejatinya berakar pada semangat juang yang diwariskan para pahlawan. Mereka bukan hanya menentang penjajahan fisik, tetapi juga kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan.

Kini, musuh bangsa telah berubah bentuk:

H.O.S. Tjokroaminoto: Denyut Nadi Awal Nasionalisme Indonesia ‎Satu Guru, Tiga Ideologi

“Bukan lagi kolonialisme bersenjata, melainkan kemalasan berpikir, krisis moral, dan lemahnya rasa kebangsaan”.

Untuk itu, kita membutuhkan pahlawan-pahlawan baru – guru yang ikhlas mengajar di pelosok, petani yang gigih menjaga pangan, peneliti yang berinovasi, dan pemimpin yang berani jujur.

‎Maka, gelar pahlawan hendaknya tidak hanya menjadi milik masa lalu. Ia harus menjadi ruh peradaban bangsa yang bergerak maju.

Menghargai pahlawan bukan sekadar menabur bunga di taman makam, tetapi menanam nilai perjuangan mereka dalam kebijakan publik, pendidikan karakter, dan budaya kerja.

Sebab, bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang menghormati pahlawannya, tetapi juga yang melanjutkan perjuangan mereka dengan karya nyata.

‎Hukum, Populisme, dan Demokrasi yang Terbelah: Membaca Eskalasi dan Segregasi Politik Indonesia Kontemporer

INSAN.NEWS – Menginspirasi Anda Follow Berita InsanNews di Google New

× Advertisement
× Advertisement