Kutukan Alam: Refleksi Banjir Bima

oleh -78 Dilihat
oleh
images 40
banner 1000250

InsanNews || Diawal 2021, tercatat rentetan peristiwa alam yang melanda negeri ini. Peristiwa alam tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan karena kerakusan dan keserakahan manusia itu sendiri.

banjir bandang yang menerpa kota dan kabupaten di Indonesia seakan alam memberi isyarat bahwa alam tidak Sudi lagi punggungnya di lintasi oleh pendosa.

Berkaitan dengan Bima, para leluhur dana Mbari “tanah bertuah” berpesan agar tanah Bima di jaga dan dihiasi dengan penuh kasih dan sayang.

Semua teladan telah di suguhkan oleh para leluhur, berharap agar tanah Bima tidak diperkosa anak kandungnya.

Bima ma ntoi “Bima dulu” menjadi buah bibir manusia maraso “suci” karena keperawanannya masih terjaga.

Bima yang dirindu, disanjung, dihiasi, dan dimanjakan kini keperawanannya sudah dikuliti anak kandungnya sendiri.

Bima yang mempesona dengan kekayaan alam melimpah kini dirinya digilir seperti seorang pelacur yang siap menjajakan dirinya.

Penjajakan dirinya sebagai perawan menyisahkan air mata darah yang mengalir di seluruh penjuru desa. Air mata kutukan untuk anak kandung yang tidak tahu rasa syukur atas nikmat-Nya.

Pertama, tepatnya, 21 Desember 2016, Air mata kutukan yang menenggelamkan kota kebanggaan. Pertanda mencintai tanah Bima itu palsu.

Teguran itu ternyata tidak cukup. Tanpa rasa bersalah, kembali melakukan pemerkosaan dengan menyukur habis bumi ncai kapenta, parado, Donggo, lambitu, dan bumi Bima lainnya.

Baca;  Kepala Desa hingga Dusun Mulai Dikumpul, Diduga Soal Dukungan Calon Pilkada Bulukumba

Kedua, Murka pun turun, 2 April 2021, banjir bandang yang meluluh lantahkan empat kecamatan 24 desa. Tangis penyesalan tidak ada artinya. Air mata buaya memang selalu hadir dikala musibah itu datang.

Suara cinta hutan cinta alam terus dikobarkan di mimbar ketokohan, namun dilain pihak melakukan oligarki terhadap keperawanan bumi bima.

Generasi emas Bima hanya lah dongeng dibawah tanaman jagung merah. mimpi leluhur Bima diperkosa demi kerakusan dan keserakahan sesaat.

Dulu, Bima terkenal dengan keindahan alamnya, sekarang tinggal kenangan. Tidur di atas banjir penuh lumpur. Hanya Mengisahkan duka dan pilu di hati.

Ya Allah lindungilah alam Bima dari tangan orang jahil. Berilah kesadaran pada mereka yang melakukan perusakan agar bertanggung jawab terhadap sejarah kemanusiaannya.

Penulis: Ovan

(Akademisi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *