Opinions

Sumpah Pemuda di Tengah Kegamangan Anak Bangsa ‎

IMG 20251110 WA0028
Dr. Baharuddin Hafid,M.Ag - Dosen Tetap Universitas Mega Rezky Makassar Dan Instruktur NDPers Nasional. Senin (10/11/2025). Foto Ist ‎
Daftar Isian Bacaan+

    Oleh: Baharuddin Hafid – Dosen Tetap Universitas Mega Rezky Makassar

    INSAN.NEWS || Setiap tanggal 28 Oktober, Bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda – sebuah momentum bersejarah ketika para pemuda dari berbagai daerah menyatakan satu tekad:

    Bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Tiga kalimat sakral itu menjadi fondasi persatuan bangsa yang kelak melahirkan kemerdekaan”.

    ‎Namun, delapan puluh enam tahun lebih berlalu, gema Sumpah Pemuda kini seakan memudar di tengah kegamangan arah dan jati diri generasi muda. Banyak anak bangsa yang seolah kehilangan orientasi, terombang-ambing dalam pusaran modernitas dan budaya global yang kian deras.

    ‎Di era digital ini, identitas kebangsaan kerap terkikis oleh budaya instan dan pragmatisme. Media sosial yang seharusnya menjadi ruang ekspresi positif justru sering menjadi arena ujaran kebencian, pertikaian identitas, dan hilangnya etika komunikasi.

    Ketika Wasit Ikut Bertanding: Moral yang Hilang dari Penegakan Hukum

    Pemuda yang dahulu berdebat tentang masa depan bangsa kini lebih sering terjebak dalam perdebatan dangkal dan sensasional.

    ‎Kegamangan ini juga tampak dalam bidang moral dan idealisme. Banyak pemuda merasa ragu antara idealisme dan kenyataan hidup.

    Mereka dihadapkan pada dilema:

    “Mempertahankan nilai atau mengikuti arus demi kenyamanan”.

    Semangat perjuangan yang dulu membara di dada para pendiri bangsa kini tergantikan oleh semangat kompetisi tanpa arah, bahkan apatisme terhadap isu sosial dan politik.

    Partai Amanat Demokrasi Indonesia (PADI) dan Prospek Masa Depan Politik Lokal

    ‎Padahal, esensi Sumpah Pemuda bukan sekadar romantisme sejarah, tetapi panggilan untuk terus memperbaharui komitmen kebangsaan. Pemuda harus kembali menjadi pelopor perubahan, bukan penonton yang larut dalam hiruk-pikuk dunia maya.

    Sumpah Pemuda harus dimaknai sebagai tantangan untuk memperjuangkan persatuan di tengah keberagaman, memperkuat literasi di tengah disinformasi, serta menjaga moralitas di tengah dekadensi.

    Bangsa ini tidak kekurangan sumber daya manusia cerdas;

    “Yang kurang adalah keberanian untuk berkomitmen. Sumpah Pemuda harus kembali menjadi nyala api yang membakar semangat anak muda untuk berpikir kritis, berbuat nyata, dan bersikap jujur”.

    ‎Sudah saatnya generasi muda meninggalkan kegamangan dan bangkit menjadi agen perubahan. Seperti para pemuda 1928 yang bersumpah dengan hati yang tulus, pemuda hari ini pun harus berani bersumpah untuk menjaga Indonesia dari keterpecahan, kebodohan, dan kehilangan arah moral.

    Politik Panggung Depan dan Panggung Belakang dalam Penetapan Roy Suryo Cs sebagai Tersangka

    ‎Sebab, masa depan bangsa ini tidak akan ditentukan oleh generasi yang ragu, tetapi oleh mereka yang yakin – yakin pada bangsanya, pada dirinya, dan pada cita-cita Indonesia yang berdaulat, adil, dan beradab.

    ‎INSAN.NEWS – Menginspirasi Anda Follow Berita InsanNews di Google New

    × Advertisement
    × Advertisement