Opinions

Zohran Mamdani: Wajah Baru Politik Islam Progresif di Amerika

4f135b76 7cff 40c2 a5f1 2442f2cd96fb 20251109 231956 0000
‎Dr. Baharuddin Hafid,M.Ag - Dosen Tetap Universitas Mega Rezky Makassar Dan Instruktur NDPers Nasional. Senin (10/11/2025). Foto Ist
Daftar Isian Bacaan+

    ‎Oleh Baharuddin Hafid – Dosen Tetap Universitas Mega Rezky Makassar

    INSAN.NEWS || Makassar,- 10 November – 2025 – Kebangkitan politik Islam sering kali diasosiasikan dengan negara-negara mayoritas Muslim di Timur Tengah, Asia Selatan, atau Afrika Utara. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena yang serupa- meskipun dalam bentuk yang sangat berbeda – mulai muncul di negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.

    Salah satu figur kunci dalam gelombang baru ini adalah Zohran Mamdani, seorang politisi muda Muslim keturunan Uganda – India yang berhasil menembus panggung politik Amerika melalui jalur progresif.

    ‎Kisah Mamdani tidak sekadar tentang kemenangan politik seorang Muslim di negeri minoritas Islam, melainkan simbol transformasi politik Islam menjadi gerakan etika sosial, keadilan ekonomi, dan kemanusiaan universal. Artikel ini akan membahas profil Mamdani, latar ideologinya, serta analisis tentang bagaimana kehadirannya mencerminkan kebangkitan politik Islam dalam konteks demokrasi Barat.

    ‎Profil dan Latar Sosial Zohran Mamdani

    Ketika Wasit Ikut Bertanding: Moral yang Hilang dari Penegakan Hukum

    Zohran Kwame Mamdani lahir di Kampala, Uganda, pada 18 Oktober 1991. Ia adalah putra dari Mahmood Mamdani, seorang intelektual dan profesor terkemuka asal Uganda yang dikenal dengan teori decolonial studies, serta Mira Nair, sutradara film terkenal asal India. Keluarga Mamdani pindah ke Amerika Serikat ketika Zohran masih kecil, dan ia tumbuh besar di New York City – salah satu kota paling plural dan politis di dunia.

    ‎Latar belakang keluarga yang sarat dengan aktivisme sosial dan pemikiran kritis menjadikan Mamdani tumbuh sebagai generasi diaspora yang sadar akan identitas, ketidakadilan, dan kolonialisme struktural.

    Sebagai Muslim dan imigran kulit berwarna, ia mengalami langsung bagaimana ras dan agama dapat menjadi batas sosial dalam politik AS, tetapi juga bagaimana hal itu dapat dijadikan kekuatan moral untuk perubahan.

    ‎Dari Aktivisme Akar Rumput ke Politik Elektoral

    Sebelum menjadi anggota legislatif, Mamdani bekerja sebagai konselor pencegahan penyitaan rumah (foreclosure prevention counselor) – membantu keluarga berpenghasilan rendah agar tidak kehilangan tempat tinggal mereka. Pengalaman ini menjadi titik balik:

    Partai Amanat Demokrasi Indonesia (PADI) dan Prospek Masa Depan Politik Lokal

    “Ia menyaksikan bagaimana sistem ekonomi kapitalistik sering kali menindas kelompok marjinal”.

    Pada 2020, Mamdani mencalonkan diri sebagai anggota New York State Assembly untuk distrik 36 (Astoria dan Long Island City, Queens) dari Partai Demokrat, dan berhasil menang melawan petahana. Ia juga dikenal sebagai anggota Democratic Socialists of America (DSA), sebuah organisasi yang memperjuangkan keadilan ekonomi, hak pekerja, dan kesejahteraan sosial.

    ‎Namun yang paling menonjol dari Mamdani adalah identitasnya sebagai politisi Muslim progresif yang secara terbuka mengaitkan nilai-nilai keislaman dengan agenda politik keadilan sosial.

    Kebangkitan Politik Islam di Amerika

    Kebangkitan politik Islam di Amerika Serikat tidak berarti munculnya gerakan politik teokratis, melainkan kemunculan politisi Muslim yang menampilkan nilai-nilai Islam dalam wacana publik secara inklusif dan etis.

    Politik Panggung Depan dan Panggung Belakang dalam Penetapan Roy Suryo Cs sebagai Tersangka

    Zohran Mamdani menjadi bagian dari gelombang baru politisi Muslim bersama figur seperti Ilhan Omar dan Rashida Tlaib, yang memperjuangkan isu-isu seperti:

    “Keadilan ekonomi dan sosial, anti-diskriminasi terhadap minoritas”.

    ‎Kebijakan luar negeri yang berkeadilan, khususnya terhadap Palestina, dan penguatan solidaritas antar komunitas rentan.

    ‎Dalam konteks ini, “politik Islam” bukanlah tentang syariat atau kekuasaan keagamaan, tetapi politik etika – politik yang bertumpu pada nilai-nilai Islam seperti keadilan (‘adl), kasih sayang (rahmah), dan keberpihakan terhadap yang tertindas (mustadh‘afin).

    Islam Progresif dan Etika Sosial Mamdani

    ‎Zohran Mamdani tidak pernah memisahkan identitas Islamnya dari perjuangan politik. Dalam berbagai wawancara, ia menegaskan bahwa ajaran Islam tentang keadilan dan solidaritas sosial menjadi sumber inspirasinya.

    ‎Ia sering mengutip prinsip bahwa iman sejati tidak bisa dipisahkan dari pembelaan terhadap kaum lemah, sebagaimana pesan Al-Qur’an tentang tanggung jawab sosial. Dengan demikian, Islam bagi Mamdani adalah moral politik, bukan sekadar identitas ritual.

    ‎Politik Islam yang ia bawa tidak berwujud simbol-simbol keagamaan, tetapi terwujud dalam kebijakan konkret:

    “Perumahan terjangkau (affordable housing), Transportasi publik gratis, Pajak progresif untuk korporasi besar, hak buruh dan pekerja migran”.

    ‎Inilah bentuk “politik Islam otentik” di konteks Barat – bukan politik yang ingin menguasai negara, tetapi politik yang menebarkan keadilan sosial sebagaimana misi universal Islam.

    Kritik dan Tantangan

    ‎Meski mendapat banyak dukungan, Mamdani juga menghadapi kritik keras, terutama karena sikap pro-Palestina dan keberaniannya menentang kebijakan luar negeri AS yang dianggap tidak adil terhadap dunia Islam. Ia sering dicap sebagai “radikal” atau “anti-Israel”, namun tetap konsisten menyuarakan perdamaian berdasarkan keadilan.

    ‎Selain itu, Mamdani juga berhadapan dengan tantangan klasik minoritas Muslim:

    “Stereotip Islamofobia dan tekanan politik dari kelompok konservatif yang mencurigai segala bentuk ekspresi Islam di ruang publik”.

    Namun, justru di tengah tekanan itu, ia memperlihatkan wajah Islam yang rasional, inklusif, dan solider.

    Makna dan Implikasi Politik Mamdani.

    Kehadiran Zohran Mamdani di panggung politik AS memiliki makna strategis:

    ‎1. Rekonstruksi citra Islam di Barat.

    ‎Islam tampil bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai sumber nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.

    ‎2. Integrasi identitas Muslim dalam demokrasi liberal.

    ‎Politik Islam tidak harus eksklusif atau teokratis;

    “Ia dapat hidup dalam sistem demokrasi sekuler sebagai etika sosial”.

    3. Inspirasi global bagi Muslim muda.

    ‎Mamdani menunjukkan bahwa menjadi Muslim yang taat dan progresif tidaklah kontradiktif;

    “Justru keduanya dapat bersatu dalam perjuangan sosial”.

    Kesimpulan

    Zohran Mamdani adalah representasi gelombang baru politik Islam di negeri Paman Sam:

    “Islam yang bersuara untuk keadilan sosial, memperjuangkan hak-hak minoritas, dan melawan ketimpangan ekonomi – tanpa menjadikan agama sebagai alat dominasi”.

    Kebangkitan politik Islam di Amerika melalui figur seperti Mamdani menegaskan bahwa Islam otentik bukan sekadar doktrin teologis, tetapi etika sosial yang hidup di ruang publik. Dalam konteks global, Mamdani menjadi simbol bahwa Islam dapat bertransformasi menjadi kekuatan moral dan politik yang membebaskan, inklusif, dan relevan dengan zaman.

    Kutipan Penutup

    ‎‎“Islam bukan sekadar identitas pribadi, tetapi cara hidup yang menuntut kita berdiri di sisi mereka yang tertindas.”

    ‎INSAN.NEWS – Menginspirasi Anda ‎Follow Berita InsanNews di Google New

    × Advertisement
    × Advertisement