INSAN.NEWS || Jakarta – Pasar mata uang Asia menunjukkan pergerakan beragam. Yuan China melesat 0,38%, sementara dong Vietnam dan ringgit Malaysia turut menguat, meski hanya tipis, masing-masing 0,12% dan 0,05%. Namun, tak semua mata uang menikmati tren positif—negara-negara dengan ekonomi defensif justru menghadapi tekanan.
Baht Thailand dan peso Filipina mengalami koreksi paling tajam, turun masing-masing 0,9% dan 0,79%. Won Korea dan yen Jepang pun tak luput dari pelemahan, terkikis 0,21% dan 0,19%.
Menurut ekonom DBS, Radhika Rao, penguatan rupiah kali ini didukung oleh kombinasi katalis global dan sentimen domestik.
“Rupiah berusaha mengejar ketertinggalannya setelah sempat berkinerja kurang baik dibandingkan mata uang Asia lainnya. Kini, sentimen pasar saham dalam negeri juga mulai membaik” ujarnya [dikutip], Minggu (18/05/2025)
Bagaimana Suku Bunga Rupiah.?
Stabilnya inflasi dalam target Bank Indonesia membuka peluang kebijakan yang lebih pro-pertumbuhan, termasuk potensi penurunan suku bunga acuan bulan ini.
Awal pekan ini sempat diwarnai optimisme usai gencatan senjata dagang AS-China, meski penguatan dolar hanya berlangsung sebentar.
Data harga produsen AS yang merosot di luar dugaan, ditambah inflasi konsumen yang tetap terkendali, makin menguatkan keyakinan investor bahwa The Fed tak punya alasan cukup untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
INSAN.NEWS – Menginspirasi Anda
Follow Berita InsanNews di Google New